Kupang, BuletinNews.com – Polda Nusa Tenggara Timur (NTT) berhasil mengungkap kasus dugaan Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) yang melibatkan tiga tersangka dengan modus penyaluran tenaga kerja ilegal ke Batam. Korban, INWL (19), berhasil diselamatkan setelah mengalami eksploitasi sebagai pekerja rumah tangga tanpa menerima gaji.
Kasus ini bermula ketika korban meninggalkan rumahnya di Desa Kotabes, Kecamatan Amarasi, Kabupaten Kupang, pada November 2024 dan mencari pekerjaan melalui media sosial Facebook. Ia kemudian menghubungi tersangka OAN, yang menawarkan pekerjaan rumah tangga di Batam dengan iming-iming gaji Rp2,6 juta hingga Rp2,8 juta per bulan.
Pada 21 November 2024, korban bertemu dengan OAN di Kelurahan Oesapa, Kecamatan Kelapa Lima, Kota Kupang. Setelah dilakukan wawancara daring oleh tersangka JY yang berada di Batam, korban diinapkan di rumah OAN sebelum diterbangkan ke Batam keesokan harinya dengan tiket yang telah disiapkan.
Setibanya di Batam, korban dijemput oleh tersangka JY dan DW, lalu ditempatkan sebagai pekerja rumah tangga. Namun, korban tidak menerima gaji dan mengalami perlakuan kasar, termasuk perusakan ponselnya oleh JY.
Korban akhirnya berhasil menghubungi keluarganya pada 5 Februari 2025. Menindaklanjuti laporan tersebut, Polda NTT berkoordinasi dengan BP3MI Kepri dan Subdit IV Renakta Polda Kepri untuk menyelamatkan korban. Korban kini berada di rumah perlindungan P2TP2A Provinsi Kepri.
Kabidhumas Polda NTT, Kombes Pol. Henry Novika Chandra, S.I.K., M.H., mengonfirmasi bahwa tim TPPO Subdit IV Ditreskrimum Polda NTT bergerak cepat dalam menangani kasus ini.
“Kami telah mengirim tim yang dipimpin oleh AKP Yance Kadiaman, S.H., ke Batam pada 10 Februari 2025. Hasilnya, pada 11 Februari 2025, tersangka JY dan DW berhasil diamankan dan sempat ditahan di Polda Kepri. Selanjutnya, pada 14 Februari, mereka dibawa ke Polda NTT untuk proses hukum lebih lanjut,” ungkap Kombes Pol. Henry Novika Chandra saat dikonfirmasi di Mapolda NTT pada Kamis (20/2/2025).
Penyidik telah menetapkan tiga tersangka dalam kasus ini. OAN, pria berusia 27 tahun yang berprofesi sebagai buruh harian lepas di Kota Kupang, diduga sebagai sponsor yang merekrut korban. JY, perempuan 51 tahun yang berdomisili di Batam, berperan sebagai admin PT. Jasa Bakti Agung yang mengatur penyaluran tenaga kerja ilegal. Sementara itu, DW, pria 54 tahun yang menjabat sebagai Direktur Utama PT. Jasa Bakti Agung, diduga turut serta dalam eksploitasi korban.
Para tersangka dijerat dengan Pasal 2 Ayat (1) dan Pasal 10 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, dengan ancaman hukuman minimal 3 tahun dan maksimal 15 tahun penjara.
Kabidhumas Polda NTT mengimbau masyarakat agar lebih waspada terhadap tawaran pekerjaan dengan iming-iming gaji besar yang tidak melalui prosedur resmi.
“Jangan mudah percaya pada tawaran pekerjaan yang tidak jelas asal-usulnya. Jika ingin bekerja di luar daerah atau luar negeri, pastikan melalui jalur resmi agar mendapatkan perlindungan hukum,” ujarnya.
Kombes Pol. Henry Novika Chandra juga menegaskan bahwa perdagangan orang adalah kejahatan serius yang melanggar Hak Asasi Manusia (HAM). Dengan semakin berkembangnya pola dan modus TPPO, masyarakat diminta lebih waspada dan aktif melaporkan jika menemukan dugaan kasus serupa.
“Jika melihat atau mencurigai adanya praktik perdagangan orang, segera laporkan ke pihak kepolisian agar bisa segera ditindaklanjuti,” tambah Kombes Pol. Henry.
Polda NTT Ungkap Kasus TPPO, Selamatkan Korban Eksploitasi


Komentar